KELULUT klanceng hitam jenis leaviceps.
Klanceng jenis ini memiliki kelebihan dan keistimewaan tersendiri
dibanding jenis trigona besar seperti Itama,apicalis,torasica,terminata.
Beberapa Kelebihan trigona leaviceps adalah:
1. Mampu bertahan pada suhu yg cukup panas, menurut buku terbitan Trubus-exo yg saya baca, bertahan pada suhu 42 drajat celcius.
2. Premanya klanceng, menang dalam pertempuran.
3. Mudah dalam pemecahan koloni
4. Harganya relatif murah jika dibanding itama yg mencapai 1 juta per log.
5. Madunya walau tak sebanyak itama, namun bisa di andalkan untuk di ternakkan,
6. Mudah beradaptasi
7. Penghasil propolis yg banyak
Itulah beberapa kelabihan trigona jenis leaviceps, sehingga tak heran
kalau jenis ini penyebaranya paling luas di dunia, dan di indonesia di
desa dan kota hampir selalu ada jenis ini.
Jangan lupa untuk menaruh koloni klanceng pada tempat yg banyak sumber pakan:
1. Sumber energi yaitu Nektar, kebun buah-buahan, kelapa, belimbing, bunga2 an, bunga airmata pengantin, calliandra dll
2. Sumber protein "beepollen" jagung, padi, rumput, klapa, dll
3. Sumber propolis "resin/ pulut" nangka, kluwih, sukun, mangga dll
Sekian posting kali ini, semoga memberi inspirasi. Bila ada yg di tanyakan dll, silahkan di komen/ sms aja.
Wassalamualaikum wr wb
Ngobu Klanceng
Sabtu, 08 Desember 2018
Trigona ‘Si Bandel’ Laeviceps
Trigona
laeviceps ditemukan oleh Smith pada tahun 1857, bila dilihat dari penemuannya
trigona laeviceps yang termasuk dalam sub genus Tetragonula ini merupakan lebah
trigona yang sudah sangat lama ditemukan dan berhasil di identifikasi di muka
bumi ini.
T. laeviceps di daun pintu (dok. kom 45) |
Jenis
T. laeviceps ini ditemukan pula oleh Friese tahun 1908 namun dalam spesies yang
dianggap berbeda yaitu Tetragonula
leaviceps clypearis. Namun demikian, T. laeviceps yang tersebar di Pulau Jawa
diyakini merupakan T. Tetragonula laeviceps Smith 1857.
T. laeviceps di pipa bekas pembuangan air (dok. kom 45) |
T. laeviceps di Tas bekas (entrance lingkaran merah) |
Lebah
Trigona jenis ini ukuran tubuhnya standar, berada pada strata sedang dalam
kerajaan lebah trigona. Jenis laeviceps inilah yang populasinya masih cukup
banyak di pulau Jawa walau pun belum ada data ilmiah mengenai berapa jumlah
populasinya.
Berdasarkan
hasil pemantauan Komunitas kami, T. laeviceps merupakan populasi terbanyak di
wilayah Pandeglang dan Lebak yang merupakan daerah yang berada paling ujung
barat Pulau Jawa. Lebah tak bersengat jenis ini agak mudah ditemukan di
berbagai lokasi, baik di pemukiman warga, di areal perkebunan maupun di wilayah
hutan.
Trigona
laeviceps merupakan jenis trigona yang sangat tangguh bila dibanding jenis
lebah trigona lainnya. Dia mampu hidup di daerah yang miskin pakan, bahkan
sering pula ditemukan hidup di wilayah yang bersuhu ekstrim seperti di Ibukota
Provinsi Banten.
T.
laeviceps mampu bertahan hidup di berbagai media, baik alami maupun media buatan
manusia yang tudak diperuntukkan bagi kehidupan koloninya, seperti di pondasi
rumah, tumpukan kayu bakar, lipatan gorden, dalam tas bekas, Jaket bekas, dan
dirigen bekas minyak. Yang lebih ekstrim
lagi mereka ditemukan pula hidup berkoloni di dalam pipa bekas pembuangan air.
Teman saya di komunitas pernah bilang, laeviceps adalah lebah trigona
tunawisma. Hehehe…
Dalam
hal perkelahian, laeviceps juga terkenal sangat berani. Pada beberapa
kesempatan kami seringkali melihat si bandel ini mengusir lebah lain dari
sekuntum bunga, padahal lawannya ini ukuran tubuhnya jauh lebih besar daripada
dirinya, seperti jenis Apis dan Kumbang. Keberanian inilah yang mampu membuat
koloninya tetap eksis di dunia perlebahan.
Kelebihan-kelebihan
tersebut dapat dijadikan pertimbangan penting dalam membudidayakan lebah
trigona, memang tidak banyak madu dan polen yang dihasilkan namun termasuk
standar jika dibanding jenis lainnya. Jenis ini bagi kami merupakan salah satu
jenis yang diandalkan dalam mebudidayakan lebah trigona secara komersial. Si
Bandel yang baik hati dan tidak sombong, hehehe….
Sumber : http://trigonasfarmer.blogspot.com/2014/01/trigona-si-bandel-laeviceps.html
Jumat, 16 November 2018
Pembunuh Lebah Trigona
Kali
ini kami akan membahas tentang binatang dan serangga yang dapat membunuh
kawanan lebah trigona berdasarkan pengalaman langsung yang ditemui selama
membudidayakan lebah trigona.
Beternak lebah trigona memang menguntungkan, namun sama halnya dengan mengusahakan ternakan lain beternak lebah trigona juga tidak lepas dari kendala-kendala yang merugikan, salah satunya adalah persoalan hama, predator dan kompetitor.
Berikut adalah jenis hama, karateristik dan modus pembunuhannya sesuai dengan peringkatnya:
Pembunuh Sadis: KETIP
HITAM
Ketip hitam atau di daerah kami disebut kebo-keboan merupakan jenis serangga
pembunuh lebah yang sangat ganas. Serangga ini selain memangsa madu dan bee
polen juga memangsa larva lebah, yang lebih merugikannya lagi selain memangsa
semua isi koloni ia juga menyimpan larva keturunannya di dalam pot-pot madu,
polen dan pot larva lebah. Larva serangga ini bentuk fisiknya menyerupai
belatung, yang cepat membesar. Belatung-belatung larva ketip hitam ini juga
ikut memangsa semua bagian yang ada dalam sarang lebah trigona. Dapat
dibayangkan, dalam hitungan hari kondisi koloni lebah menjadi hancur porak
poranda hingga akhirnya seluruh koloni lebah trigona habis tak tersisa.
Secara fisik ketip hitam sejenis dengan ketip yang
sayapnya totol-totol yang akrab sebagai sahabat petani karena kemampuannya yang
mampu mengusir hama tanaman lainnya. Selain mampu terbang dengan cepat, hama
ini memiliki kemampuan menerobos dan nyeruduk seperti kerbau ngamuk. Ia
memiliki kulit dan sayap yang lumayan keras, bertubuh kecil dan agak pipih.
Lebar tubuhnya sekitar 5-6mm dengan kepipihan tubuh 2-3mm. karena ukurannya
yang kecil itulah, hama yang satu ini mudah masuk ke lobang kotak koloni yang
rata-rata berdiameter 1 cm.
Penjajah: SEMUT
LAEVICEPS
Nyaris semua
jenis semut merupakan musuh alami dari semua jenis lebah. Namun demikian jenis
semut yang paling berbahaya bagi lebah adalah semut gula (laeviceps). Semut
adalah salah satu serangga berkoloni, memiliki ratu dan penyuka nectar sama
dengan lebah.
Semut laeviceps memiliki ukuran tubuh yang lebih
besar dibandingkan jenis semut yang lain, bertubuh kokoh dan biasanya berwarna
hitam kecoklatan. Kemampuan semut dalam penyerangan ke koloni lebah cukup gigih
dan kuat, biasanya dilakukan dalam formasi kelompok. Apabila mereka sudah
berhasil masuk ke lingkungan koloni maka dapat dipastikan sang empunya rumah
akan dengan mudah terusir dari rumahnya dan kawanan semut dengan waktu singkat
menggasak semua harta benda yang dimiliki lebah.
Setelah itu apakah mereka akan pergi?
Tidak. Setelah pemilik rumah terusir, kawanan semut
tersebut tanpa ragu akan menempati rumah itu, bersarang dan berkembangbiak di
kotak koloni lebah dengan sentosa.
Si Oportunis: LABA-LABA
Seperti kebiasaanya, laba-laba mencari mangsa dengan
membentangkan jalinan jaringnya. Entah kebetulan atau disengaja, laba-laba
biasanya membentangkan jaring di tempat-tempat strategis jalur aktivitas lebah
trigona. Dari pantauan kami, setiap hari ada saja lebah trigona yang nyangkut
di sana, karena walau siangnya jaring laba-laba di bersihkan, esok paginya
jaring tersebut sudah terpasang lagi. Hukum alam, ekosistem, mata rantai
berlaku…
Si Pengintai: CICAK
cicak adalah binatang penyeimbang pada mata rantai predator lebah trigona, karena selain memangsa lebah, si rakus ini memangsa juga serangga musuh lebah yaitu ketip, semut dan
laba-laba. Karena tubuhnya besar, binatang ini hanya bisa memangsa lebah
trigona yang lagi apes saja, jadi
persentase bahayanya kecil bila dibandingkan musuh alami lebah trigona yang
lain. Tapi bagaimana pun binatang yang satu ini tetap berbahaya bagi
kelangsungan dan tata hidup koloni lebah, karena yang biasa mereka mangsa
merupakan lebah pekerja, yang rajin bolak-balik masuk-keluar kandangnya.
Sumber : http://trigonasfarmer.blogspot.com/2013/07/pembunuh-lebah-trigona.html
Rabu, 31 Oktober 2018
Mengenal Lebah Madu Klanceng Trigona
Mengenal Lebah Madu Klanceng Trigona. Lebah Kalulut, banyak orang
menyebut dengan kelulut, klancing, klanceng, lonceng, teuweul (Sunda),
gala-gala (lilin lebah) dll, dengan nama ilmiahnya Apis Trigona
merupakan jenis lebah madu yang paling banyak dipelihara secara
tradisional oleh masyarakat pedesaan sekitar kawasan hutan se-Indonesia.
Lebah Madu Klanceng Trigona banyak ditemukan di kawasan tropis atau subtropis diantaranya Australia, Afrika, Asia Tenggara dan kawasan Amerika Tropis. Di daerah tropis Indonesia, yang berdekatan dengan garis khatulistiwa dengan hutan hujan dihuni lebih dari 29 spesies Trigona.
Menyukai bunga-bunga kecil. Karena bentuknya yang kecil, lebah klanceng bisa dengan mudah masuk ke bunga-bunag kecil di sekitar koloninya.
Lebah Madu Klanceng Trigona pekerja berwarna hitam, berkepala besar dan berahang tajam untuk menggigit musuh bila diganggu.
Sedangkan Ratu leba Madu Klanceng bisa dibedakan dari bentuk fisik perut lebah ratu yang sangat besar dengan sayap pendek. Ukurannya sebesar 3-4 kali lebah pekerja. Karena sangat gemuk dan tidak pandai terbang, lebah ini tidak suka berpindah-pindah tempat kecuali bila sarangnya terlampau tua dan buruk atau lilinnya keras.
Sarang Lebah Madu Klanceng Trigona tersusun atas beberapa bagian untuk menyimpan madu, tepung sari, tempat bertelur dan tempat larva. Di bagian tengah ada karangan bola berisi telur, tempayak dan kepompong. Di bagian sudut ada bola-bola kehitaman sebagai penyimpan madu dan tepung sari.
.Rumah tiruan Lebah Madu Klanceng Trigona dibuat dari batang kelapa (pucuk), kayu randu (kapuk), kayu pucung atau batang pohon lain yang berkayu lunak. Lebah ini menghasilkan madu dan lilin dalam jumlah yang sangat kecil, rasanya asam dan sering dipakai untuk obat sariawan. Sedangkan lilinnya dipakai untuk membatik.
Selain beternak Lebah Madu Klanceng Trigona, peternakan modern juga memadukan dengan usaha yang lain seperti kuliner dan wisata. Dimana kedua hal tersebut tentunya bernilai ekonomis tinggi.
Ada dua faktor
Setiap koloni klanceng menghasilkan 1-2 kilogram madu per tahun, atau 2-3 botol ukuran 630 mililiter (ml). Tiap botolnya dijual petani seharga Rp 200.000 dan di toko-toko umum atau koperasi harganya meningkat menjadi paling murah Rp 65.000 per botol ukuran 140 ml.
Sumber : https://djafa.org/maduklanceng-mengenal-lebah-madu-klanceng-trigona/
Habitat
Penelitian menunjukkan bahwa ada hampir lima ratus spesis Lebah Madu Klanceng Trigona yang tersebar di seluruh dunia. Yang mudah dikenali adalah Trigona Itama, Trigona scaptotrigona, Trigona laeviceps,Trigona apicalis dan Trigona thorasica.Lebah Madu Klanceng Trigona banyak ditemukan di kawasan tropis atau subtropis diantaranya Australia, Afrika, Asia Tenggara dan kawasan Amerika Tropis. Di daerah tropis Indonesia, yang berdekatan dengan garis khatulistiwa dengan hutan hujan dihuni lebih dari 29 spesies Trigona.
Ciri dan Karakteristik Fisik
Lebah Madu Klanceng Trigona mempunyai fisik yang kecil bila dibandingkan dengan lebah lain. Bahkan Lebah Madu Klanceng Trigona tidak mempunyai sengat. Mungkin karena tidak mempunyai sengat, lebah terkesan tidak ganas seperti lebah-lebah yang lain.Menyukai bunga-bunga kecil. Karena bentuknya yang kecil, lebah klanceng bisa dengan mudah masuk ke bunga-bunag kecil di sekitar koloninya.
Lebah Madu Klanceng Trigona pekerja berwarna hitam, berkepala besar dan berahang tajam untuk menggigit musuh bila diganggu.
Sedangkan Ratu leba Madu Klanceng bisa dibedakan dari bentuk fisik perut lebah ratu yang sangat besar dengan sayap pendek. Ukurannya sebesar 3-4 kali lebah pekerja. Karena sangat gemuk dan tidak pandai terbang, lebah ini tidak suka berpindah-pindah tempat kecuali bila sarangnya terlampau tua dan buruk atau lilinnya keras.
Rumah Koloni Lebah Madu Klanceng Trigona
Secara alami, Lebah Madu Klanceng Trigona membuat sarang di lubang-lubang pohon, celah-celah dinding dan lubang bambu di dalam rumah yang agak gelap. Untuk keamanan, tempat keluar masuk biasanya berbentuk lubang kecil sepanjang 1 cm yang diselimuti zat perekat.Sarang Lebah Madu Klanceng Trigona tersusun atas beberapa bagian untuk menyimpan madu, tepung sari, tempat bertelur dan tempat larva. Di bagian tengah ada karangan bola berisi telur, tempayak dan kepompong. Di bagian sudut ada bola-bola kehitaman sebagai penyimpan madu dan tepung sari.
Peternakan Tradisional Lebah Madu Klanceng Trigona
Lebah Madu Klanceng Trigona banyak diternak secara tradisional. Sarangnya biasanya menggunakan gelodok yang pembuatannya meniru rumah-rumah lebah yang ada di ronga-ronga batang pohon besar atau gua yang terlindung dari terik matahari dan hujan.Rumah tiruan Lebah Madu Klanceng Trigona dibuat dari batang kelapa (pucuk), kayu randu (kapuk), kayu pucung atau batang pohon lain yang berkayu lunak. Lebah ini menghasilkan madu dan lilin dalam jumlah yang sangat kecil, rasanya asam dan sering dipakai untuk obat sariawan. Sedangkan lilinnya dipakai untuk membatik.
Peternakan Modern Lebah Madu Klanceng Trigona
Lebah Madu Klanceng Trigona mulai diternakan secara modern di beberapa Negara Tropis. Para pertenak membuat peternakan secara insentif dan memadukan teknologi modern.Selain beternak Lebah Madu Klanceng Trigona, peternakan modern juga memadukan dengan usaha yang lain seperti kuliner dan wisata. Dimana kedua hal tersebut tentunya bernilai ekonomis tinggi.
Kenapa Madu Lebah Klanceng Trigona lebih mahal?
Dibanding harga madu madu lebah lain, madu Lebah Klanceng Trigona harganya jauh lebih mahal. Namun demikian, madu hasil produksi lebah yang tidak bersengat itu tetap diburu para penggemarnya.Ada dua faktor
Kuantitas yang dihasilkan Lebah Klanceng Trigona sangat sedikit.
Setiap koloni klanceng menghasilkan 1-2 kilogram madu per tahun, atau 2-3 botol ukuran 630 mililiter (ml). Tiap botolnya dijual petani seharga Rp 200.000 dan di toko-toko umum atau koperasi harganya meningkat menjadi paling murah Rp 65.000 per botol ukuran 140 ml.
Kualitas Madu Lebah Klanceng Trigona sangat baik
Bagi mereka yang belum lihai membedakan gula dengan madu, memang
sulit membedakan madu klanceng dengan madu lebah lain. Baik tentang
warna, kekentalan, maupun rasanya.
Madu Lebah
Klanceng Trigona berwarna coklat gelap dan rasanya sedikit masam jika
dibanding dengan madu lebah. Namun warna madu kalulut juga dipengaruhi
faktor habitat dan daerah sekelilingnya.
Nama Latin | Trigona spp |
Nama Indonesia(daerah) | Klanceng, lanceng, teuweul, gala-gala, galo-galo, kelulut, kalulut, ketape, kammu, dll. |
Jenis | Di seluruh dunia ada sekitar 150 jenis trigona, di indonesia sekitar 31 jenis yang tersebar di berbagai pulau. |
Ciri-ciri |
|
Radius terbang | 100 – 500m. |
Tempat Tinggal | Daerah tropis dan subtropis yang bersuhu rata-rata di bawah 32 derajat celcius, mereka menetap di dalam batang pohon, ruas bambu, lubang di tanah, bebatuan, dll.Suhu ideal yang disukai trigona berkisar 18 – 24 derajat celcius dan kelembaban 60 – 70%. |
Keistimewaan |
|
Sumber Pakan dan Makanan | Segala jenis tumbuhan berbunga(multiflora), getah pohon, resin, dan bee pollen. |
Produktivitas Madu | Rata-rata 100 – 250 ml/ 3 bulan (tergantung vegetasi). |
Produktivitas Propolis | Rata-rata 2 kg/ tahun untuk setiap koloni (tergantung vegetasi). |
Rasa Madu | Manis, asam, pahit. |
Kandungan Madu Trigona |
|
Khasiat Madu Trigona |
|
Kandungan Propolis Trigona | Resin yang mengandung senyawa flavonoid, asam, dan ester fenol (45 – 55%).Lilin lebah dan plant origin (25 – 35 %).Minyak volatil (10%). Polen yang terdiri dari protein (16 asam amino bebas > 1%), arginine danproline berjumlah 46% dari total(5%). 14 mineral mikro (Fe dan Zn yang terbanyak), keton, lacton, quinon,steroid, asam benzoat, vitamin, karbohidrat (5%). |
Khasiat Propolis |
|
Masa Panen | Madu dan Propolis dipanen per tiga bulan. |
Sumber : https://djafa.org/maduklanceng-mengenal-lebah-madu-klanceng-trigona/
BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP
Oleh :
Victor Winarto *) Rusmalia *)
I. PENDAHULUAN
Madu adalah salah satu produk primadona
HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi
kesehatan, kecantikan dan lain-lain menyebabkan permintaan pasar
terhadap madu alam dan madu budidaya cukup tinggi.
Dalam situasi seperti ini, budidaya lebah madu Trigona sp menjadi salah satu pilihan. Lebah kecil yang tidak memiliki sengat ini tidak hanya menghasilkan madu, tetapi juga propolis yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.
Dalam situasi seperti ini, budidaya lebah madu Trigona sp menjadi salah satu pilihan. Lebah kecil yang tidak memiliki sengat ini tidak hanya menghasilkan madu, tetapi juga propolis yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.
II. PENGENALAN LEBAH Trigona sp
A. Klasifikasi
Trigona sp adalah salah satu jenis lebah
madu dari famili Meliponini. Adapun taksonomi lebah madu Trigona sp
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Hymenoptera
Klas : Apidae
Ordo : Apinae
Famili : Meliponini
Genus : Trigona
Spesies : Trigona clypearis Friese, 1908
Kingdom : Hymenoptera
Klas : Apidae
Ordo : Apinae
Famili : Meliponini
Genus : Trigona
Spesies : Trigona clypearis Friese, 1908
B. Ciri-ciri Morfologi
Lebah trigona berwarna hitam dan
berukuran kecil, dengan panjang tubuh antara 3-4 mm, serta rentang sayap
8 mm. Lebah pekerja memiliki kepala besar dan rahang panjang. Sedang
lebah ratu berukuran 3-4 kali ukuran lebah pekerja, perut besar mirip
laron, berwarna kecoklatan dan mempunyai sayap pendek. Lebah ini tidak
mempunyai sengat (stingless bee).
Dalam kehidupan dan perkembangannya
lebah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, meliputi suhu,
kelembaban udara, curah hujan dan ketinggian tempat. Disamping itu
ketersedian pakan sangat menentukan keberhasilan budidaya lebah trigona.
III. TEKNIK BUDIDAYA
A. Pembuatan Stup
Stup lebah Trigona sp sebaiknya
menggunakan kayu yang berserat halus. Hingga saat ini belum ada ukuran
standard dari stup trigona. Di Nusa Tenggara Barat, stup yang digunakan
masyarakat berukuran 20 x 15 X 17 cm. Stup lebah Trigona sp bisa
digantung ataupun disusun pada rak dan diletakkan di tempat teduh/ tidak
terkena matahari langsung.
Struktur stup lebah Trigona sp berbeda dengan stup lebah lainnya. Ruangan dalam stup lebah trigona tidak bersekat-sekat. Namun lebah Trigona sp menempatkan telur, madu, propolis dan beebread secara terpisah.
Struktur stup lebah Trigona sp berbeda dengan stup lebah lainnya. Ruangan dalam stup lebah trigona tidak bersekat-sekat. Namun lebah Trigona sp menempatkan telur, madu, propolis dan beebread secara terpisah.
B. Pemindahan Koloni
Pemindahan koloni dari alam ke dalam
stup atau dari satu stup ke stup lainnya merupakan hal yang paling
penting untuk diperhatikan dan dilakukan secara hati-hati pada malam
hari setelah semua koloni kembali ke sarang atau dinihari ketika koloni
belum mencari pakan.
Secara teknik, pemindahan koloni lebih mudah dengan cara memindahkan ratunya terlebih dahulu, ketika ratunya sudah dipindahkan secara otomatis angota koloni akan mengikuti ratu berpindah tempat. Setelah semua koloni berpindah, stup yang baru didiamkan 1-2 bulan agar koloni dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Setiap koloni terdiri dari ratu, lebah pekerja dan lebah jantan. Lebah ratu merupakan satu-satunya lebah petelur seumur hidup dalam satu koloni. Lebah pekerja adalah lebah betina yang organ reproduksinya tidak berfungsi sempurna/ tidak subur. Lebah pekerja mengeluarkan lilin yang digunakan untuk membangun, membersihkan dan memelihara sarang, menjaga sarang, menyediakan makanan, terdiri dari madu dan tepung sari.
Masa kerja lebah pekerja selama 60 hari, sejak usia 1 minggu lebah pekerja mulai bekerja membersihkan lubang sel bekas huniannya tatkala ia masih menjadi larva. Usia 2 minggu lebah pekerja membuat royal jelly. Usia 3 minggu, membuat sel-sel dalam sarang. Usia 4 minggu mengikuti lebah pekerja dewasa mencari makan di luar sarang. Usia 5 minggu lebah pekerja mencari makan untuk memenuhi kebutuhan hidup koloni.
Stup tersusun atas beberapa bagian. Setiap bagian digunakan untuk menyimpan madu, tepung sari, tempat bertelur dan tempat larva. Di bagian tengah terdapat karangan-karangan bola berisi telur, tempayak, dan kepongpong. Di bagian sudut terdapat bola-bola agak kehitam-hitaman untuk menyimpan madu dan tepung.
Secara teknik, pemindahan koloni lebih mudah dengan cara memindahkan ratunya terlebih dahulu, ketika ratunya sudah dipindahkan secara otomatis angota koloni akan mengikuti ratu berpindah tempat. Setelah semua koloni berpindah, stup yang baru didiamkan 1-2 bulan agar koloni dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Setiap koloni terdiri dari ratu, lebah pekerja dan lebah jantan. Lebah ratu merupakan satu-satunya lebah petelur seumur hidup dalam satu koloni. Lebah pekerja adalah lebah betina yang organ reproduksinya tidak berfungsi sempurna/ tidak subur. Lebah pekerja mengeluarkan lilin yang digunakan untuk membangun, membersihkan dan memelihara sarang, menjaga sarang, menyediakan makanan, terdiri dari madu dan tepung sari.
Masa kerja lebah pekerja selama 60 hari, sejak usia 1 minggu lebah pekerja mulai bekerja membersihkan lubang sel bekas huniannya tatkala ia masih menjadi larva. Usia 2 minggu lebah pekerja membuat royal jelly. Usia 3 minggu, membuat sel-sel dalam sarang. Usia 4 minggu mengikuti lebah pekerja dewasa mencari makan di luar sarang. Usia 5 minggu lebah pekerja mencari makan untuk memenuhi kebutuhan hidup koloni.
Stup tersusun atas beberapa bagian. Setiap bagian digunakan untuk menyimpan madu, tepung sari, tempat bertelur dan tempat larva. Di bagian tengah terdapat karangan-karangan bola berisi telur, tempayak, dan kepongpong. Di bagian sudut terdapat bola-bola agak kehitam-hitaman untuk menyimpan madu dan tepung.
C. Pemeliharaan
Pemeliharaan stup sebaiknya dilakukan
secara rutin dan periodik, meliputi pembersihan dari sarang semut/
laba-laba, pengecekan kondisi stup agar terkena air hujan.
Stup juga harus dihindarkan dari hama pengganggu (cecak, tokek, larva kumbang, tawon kuning, ayam dan lain-lain).
Stup juga harus dihindarkan dari hama pengganggu (cecak, tokek, larva kumbang, tawon kuning, ayam dan lain-lain).
D. Pemanenan
Pemanenan madu maupun propolis dilakukan
1-3 kali setahun tergantung kondisi lingkungan, pakan, besar kecilnya
stup dan kesehatan koloni. Pemanenan umumnya dilakukan dengan cara
tradisional, yaitu menggunakan pisau kikis.
Madu dan propolis yang sudah dipanen diletakan dimangkuk untuk dilakukan penirisan. Penirisan madu dilakukan agar madu tetap steril dengan tidak terlalu banyak kontak dengan tangan.
Madu dan propolis yang sudah dipanen diletakan dimangkuk untuk dilakukan penirisan. Penirisan madu dilakukan agar madu tetap steril dengan tidak terlalu banyak kontak dengan tangan.
IV. PENGELOLAN PASCA PANEN
A. Penurunan Kadar Air
Kualitas madu sangat dipengaruhi oleh
kadar air di dalamnya. Semakin rendah kadar air dalam madu semakin
tinggi kualitas madu yang bersangkutan.
Untuk menurunkan kadar air menggunakan alat dehumi difier.
Kadar air ideal dalam madu berkisar antara 19-22 %.
Untuk menurunkan kadar air menggunakan alat dehumi difier.
Kadar air ideal dalam madu berkisar antara 19-22 %.
B. Pengemasan
Pengemasan madu biasanya mengunakan
botol kaca atau botol plastik. Kemasan sebaiknya diberikan informasi
yang memadai berkaitan petunjuk penggunaan madu, kode produksi, tanggal
kadaluarsa, ijin Industri Rumah Tangga dan lain-lain.
V. PENUTUP
Potensi lebah Trigona sp di alam yang
cukup besar merupakan peluang bagi masyarakat/ kelompok tani untuk
mengembangkan lebah ini.
Melalui materi sederhana ini dan dengan pendampingan Penyuluh Kehutanan di lapangan, semoga kegiatan budidaya lebah madu Trigona sp dapat berjalan sesuai harapan.
Semoga materi ini bermanfaat bagi yang berkepentingan.
Salam rimbawan ...!!!
*) Penyuluh Kehutanan pada Pusat Penyuluhan
Sumber Pustaka :
1. Andi Setiawan, Budidaya Lebah Madu Trigona sp, BP3K Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa
2. Septiantina Dyah R, Budidaya Lebah Madu Trigona sp, Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Mataram
3. http://trigonasfarmer.blogspot.com
Melalui materi sederhana ini dan dengan pendampingan Penyuluh Kehutanan di lapangan, semoga kegiatan budidaya lebah madu Trigona sp dapat berjalan sesuai harapan.
Semoga materi ini bermanfaat bagi yang berkepentingan.
Salam rimbawan ...!!!
*) Penyuluh Kehutanan pada Pusat Penyuluhan
Sumber Pustaka :
1. Andi Setiawan, Budidaya Lebah Madu Trigona sp, BP3K Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa
2. Septiantina Dyah R, Budidaya Lebah Madu Trigona sp, Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Mataram
3. http://trigonasfarmer.blogspot.com
* Sumber artikel http://bp2sdm.menlhk.go.id/emagazine/index.php/umum/66-budidaya-lebah-madu-trigona-sp.html
* Gambar adalah hasil browsing di Google Search
Langganan:
Postingan (Atom)